social icons

search

bermonolog

[bermonolog]: blog ini dibuat sebagai salah satu komunikasi dengan diri sendiri

more from the blog

Favorite Book- Tere Liye

kau aku dan sepucuk angpau merah tere liye
Novel Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah- Tere Liye 

Halo, ketemu lagi di #30DaysWritingChallenge dihari ketiga belas dengan topik favorite book. Langsung aja yaaaa...sesuai judulnya aku akan share buku yang aku suka dengan penulisnya adalah Tere Liye.

Belum banyak memang yang aku baca dari semua terbitan Tere Liye. Meskipun demikian, aku jatuh hati pada setiap tulisannya. Beberapa buku yang aku punya berjudul :

1. Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

2. Pulang 

3. Sepotong Hati Yang Baru 

4. Berjuta Rasanya

5. #AboutLove

6. Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah

Baru sedikit memang buku yang aku punya. Dulu sekali, aku sangat berkeinginan untuk mengumpulkan semua novel Tere Liye.  Sekarang ? Aku sudah lama sekali vakum membeli novel khususnya. Lebih ke beralih jenis bacaannya. 

Buku paling berkesan dari enam novel yang aku punya ada dua yaitu Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin dan Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah. Setiap membaca sebuah cerita fiksi aku seringkali terbawa imajinasi, andai aku diposisi pemeran utama dalam novel. Inilah yang membuat aku hanyut dalam cerita, sudah berkali-kali kubaca tapi Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin bisa membuatku menangis bombay. Bagian ending yang tidak pernah aku duga, membuat aku bertanya-tanya apakah ada buku kedua ketiga untuk menyelesaikan bagian ini ?

Buku kedua Kau, Aku dan Sepucuk Angpau Merah berlatar kota Pontianak. Aku juga berasal dari Kalimantan Barat, tapi jarang sekali berkunjung ke Pontianak untuk bersenang-senang. Dalam novel ini menceritakan dengan baik bagaimana suasana sungai Kapuas tentunya bagian yang aku sukai. Aku seakan-akan pernah menjelajah walau dari bacaan saja. Menurutku dengan buku ini aku belajar soal cinta, tetapi bukan cinta dengan kisah klasik. 

_____

Sedikit cuplikan dari kedua buku : 

"Nak, perasaan itu tidak sesederhana satu tambah satu sama dengan dua. Bahkan ketika perasaan itu sudah jelas bagai bintnag di langit, gemerlap indah tak terkira, tetap saja dia bukan rumus matematika. Perasaan adalah perasaan"- Tere Liye, Kau Aku dan Sepucuk Angpau Merah 

"Kau membunuh setiap pucuk perasaan itu. Tumbuh satu langsung kau pangkas. Bersemi satu langsung kau injak ? Menyeruak satu langsung kau cabut tanpa ampun ?Kau tak pernah memberi kesempatan. Karena itu tak mungkin bagimu ? Kau malu mengakuinya walau sedang sendiri... Kau lupa, aku tumbuh menjadi dewasa seperti yang kau harapkan. Dan tunas-tunas perasaanmu tak bisa kau pangkas lagi. Semakin kau tikam, dia tumbuh dua kali lipatnya. Semakin kau injak, helai daun barunya semakin banyak" -Tere Liye, Daun Yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin  

 

Setiap membaca bagian cuplikan kedua, aku merasa itu yang aku lakukan. Begitu jahat dan tersakiti, atau malah menyakiti haha. Udah ah, nggak mau lanjut cerita lagi. Rekomendasi aku dengan semua buku Tere Liye, termasuk dua yang aku suka tadi. Terima kasih sudah mampir, selamat membaca ! 



#30DaysWritingChallenge-Favorite Book

Comments

  1. Aku inget ini, waktu les bahasa Inggris kamu nyeritain Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah. Dan waktu itu aku ngga nyangka Tere Liye ambil latar tempat di Pontianak :D

    ReplyDelete

Post a Comment

Profile Photo

About Cahya

Profile Bio

Hai, saya Cahya !

Sekarang tinggal di Kalimantan. Penulis pemula, suka sekali makan dan masak. Senang sekali belajar hal-hal baru.

Please, send me a hello :)
cahyaisnainii@gmail.com