social icons

search

bermonolog

[bermonolog]: blog ini dibuat sebagai salah satu komunikasi dengan diri sendiri

more from the blog

Menanam

terong hijau
terung; bahasa tidak baku terong 


Agak aneh sih ini topiknya, jadi random banget buat ngecek foto yang ada di handphone. Pastinya setiap hari ada saja kan foto terbaru yang ada di telepon genggam kita. Setelah saya cek, foto yang akan saya publish disini adalah foto terong. Kenapa terong ? Karena tadi pagi saya petik terong lumayan banyak. Jadi berhubung di samping rumah ada lahan kosong alhasil ditanami beberapa sayuran, seperti terong, kangskung, bayam, ubi ungu, cabai dan lain sebagainya. Asalkan bermanfaat itu pasti ditanam. 

terong yang saya panen memang terong hijau, tapi bukan terong hijau yang besar. Kalau disini bilangnya terong kampung, hitungannya sih ini sudah terlalu tua untuk dipetik. Tapi nggak apa-apalah, namanya juga untuk dimakan sendiri, dimaklumin aja. 

terong hijau
terong hijau-terong kampung


_____

Ngobrol tentang tanaman, sepertinya saat pandemi ini banyak sekali yang akhirnya meluangkan waktu untuk menanam baik tanaman hias ataupun menanam sayuran. Kegiatan yang menyenangkan, apalagi ketika tanamannya sudah berbunga atau siap dipanen rasanya luar biasa bahagia. Aku selama di rumah juga mulai menanam sayuran yang jarang sekali ditanam oleh orang tuaku, sawi, kailan dan seledri. Berbagai jenis sawi, mulai dari pokcoy, sawi pahit, sawi keriting semuanya ditanam tapi media tanam kali ini di polybag. Sedangkan untuk seledri, dulu sempat nanem dan udah subur banget, tapi tiba-tiba langsung pada mati. Alhasil, sekarang baru mulai menanam lagi. 

Merawat tanaman juga butuh kesabaran ekstra menurutku, mulai dari ketelatenan nyari tanah bakar, melakukan penyiraman dan pokoknya sering-sering deh diliatin. Oh iya tadi saya bilang nyari tanah bakar ? Yap, disini tanahnya nggak kayak di jawa yang memang udah subur. Tanah disini perlu diolah sedemikian rupa supaya bisa menghasilkan tanaman yang baik, untuk beberapa sayuran masih bisa sih di tanah kuning ini paling dicampur dengan pupuk tai ayam. Tetapi kalau yang di polybag memang diusahakan untuk menggunakan tanah bakar atau tanah yang sudha tercampur dengan kotoran sapi. 

Bukan orang yang ahli banget atau pengalaman banget dibidang tanaman tapi karena sering liat orang tua nanem kurang lebihnya tau sedikit. Adakah disini yang selama pandemi juga mulai bercocok tanam ? Menurut kalian gimana ? Boleh dong share pengalamannya di komentar. 



Terima kasih sudah membaca, sampai jumpa !


#30DaysWritingChallenge- Something inspired of the 11th image on your phone

Comments

  1. Ihhhh sedep banget petik-petik sayur dari kebuuun. Aku jadi inget bibinya Hari Jisun :D

    Aku selama pandemi ngga ada bercocok tanam ayaaa. Tahun lalu aku coba menanam bunga aster, tapi lama kelamaan mati. Katanya sih emang aster itu rewel banget. Tapi, kayaknya aku juga emang ngga tangan dingin deh nanem bunga gitu, hiks.

    ReplyDelete

Post a Comment

Profile Photo

About Cahya

Profile Bio

Hai, saya Cahya !

Sekarang tinggal di Kalimantan. Penulis pemula, suka sekali makan dan masak. Senang sekali belajar hal-hal baru.

Please, send me a hello :)
cahyaisnainii@gmail.com